Usaha peternakan memerlukan pakan dengan biaya yang relatif tinggi
± 60% hanya untuk biaya pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya pakan dapat
dilakukan dengan penggunaan bahan pakan alternatif yang murah dan tersedia
secara melimpah. Limbah organik hasil ikutan limbah pertanian dan limbah
industri olahannya seperti jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah,
maupun h Limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah)
dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun complete feed untuk pakan kambing.
Complete feed merupakan ransum berimbang yang telah lengkap unuk
memenuhi kebutuhan ternak, baik untuk hidup pokok, pertumbuhan, maupun untuk
produksi, dalam penyajiannya tidak memerlukan apapun kecuali air minum.
Bahan-bahan tersebut melimpah pada musim-musim tertentu. Agar dapat digunakan
dalam waktu relatif lama, perlu dilakukan pengawetan. Banyak cara pengawetan
bahan pakan telah dilakukan. Cara yang cukup efisien dan tidak tergantung musim
yaitu dengan cara dibuat silase. Silase merupakan teknologi pengawetan bahan
dalam kondisi segar dengan bantuan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat
akan berkembang apabila mempunyai lingkungan yang sesuai yaitu dengan adanya
karbohidrat fermentable dan protein untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri.
Perkembangan bakteri ini akan membuat kondisi lingkungan berubah
menjadi asam sehingga bahan pakan akan lebih awet karena bakteri pembusuk tidak
akan hidup pada kondisi asam (pH ≤ 4,5). Kelebihan penggunaan silase hijauan
pakan mampu mengatasi adanya keterbatasan produksi pakan hijauan pada musim
kemarau atau karena menyempitnya lahan hijauan akibat meluasnya penggunaan
lahan untuk pemukiman dan pembangunan yang lain. Penggunaan limbah pertanian
dan hasil ikutan pengolahan produk pertanian, kandungan protein kasarnya
relatif rendah sehingga perlu menggunakan bahan pakan sumber protein. Satu
diantara bahan pakan sumber protein yang belum termanfaatkan adalah limbah ikan
tangkap (ikan rucah). Ikan rucah merupakan ikan non ekonomi antara lain: 1)
kuniran/yellows goatfishes (upeneus sulphureus); 2) mata goyang/swangi/purple
sputted bigeyes (priacanthus tayenus); 3) coklatan (pomadasys macullatus); 4)
kursi/treafin breams (nemipterus nematophorus).
Kandungan protein ikan rucah ± 56% sangat potensial sebagai bahan
pakan ternak ruminansia (sumber: analisis proksimat Lab. INMT 2009). Hanya saja
penggunaan ikan harus dalam keadaan segar karena mudah membusuk. Agar dapat
digunakan dalam waktu lama perlu dilakukan pengawetan atau dengan cara dibuat
silase. Efektifitas proses ensilase limbah pertanian dan perikanan dapat ditingkatkan
dengan penembahan bahan aditif karbohidrat non serat berupa onggok dan molases.
Efektifitas proses ensilase dapat diukur dengan kecepatan laju penurunan pH
menjadi 4 – 4,5. Oleh karena itu perlu dikaji lebih dalam khususnya pembuatan
silase menggunakan bahan basal dari limbah pertanian yaitu jerami padi dan
jerami jagung.
Karena limbah pertanian (jerami padi dan jerami jagung) mempunyai
kandungan protein kasar yang rendah , sehingga perlu penambahan jerami kacang
tanah dan ikan untuk sumber protein kasar dalam silase complete feed.
Penggunaan complete feed akan mempermudah dalam proses pemberian pakan. Semakin
cepat proses ensilase, semakin rendah penurunan kualitas silase selama
penyimpanan. Aditif karbohidrat selama silase dapat berpengaruh dalam pola
fermentasi mikroba rumen, karena pola fermentasi dikontrol oleh komposisi kimia
bahan pakan yang digunakan. Perubahan pola fermentassi mikroba rumen, dapat
diukur dari kecernaan bahan kering (KBK) dan kecernaan bahan organik (KBO).asil
ikutan pengolahan produk pertanian (onggok dan molases) dapat digunakan sebagai
alternatif bahan pakan ruminansia.
Rujukan: skripsi pertanian