Pada
saat sekarang ini alfalfa mulai menjadi pakan hijauan yang terbesar produksi
secara global. Tanaman alfalfa atau dengan kata ilmiahnya medicago sativa
termasuk dalam keluarga fabaceae dan
genus medicago. Menurut
beberapa peneliti alfalfa diduga merupakan tanaman yang berasal dari Asia Barat
Daya, alfalfa diperkirakan sudah
mempergunakan oleh
bangsa Persia ribuan tahun Sebelum Masehi. Alfalfa
sudah terkenal di eropa pada abad ke lima selanjutnya bangsa Spanyol membawa ke
Amerika Selatan tahun 1800an. Tetapi tulisan tertua mengenai alfalfa diperkirakan ada
sekitar 1300 sebelum masehi yang ada di Turki. Pada masa lampau alfalfa sudah digunakan
sebagai pakan hewan
pemakan tumbuhan atau herbivora seperti kelinci, kuda, kambing, domba,
aapi, kura-kura dan
masih banyak yang lainnya. Bisa juga digunakan untuk suplemen
kesehatan.
Alfalfa
bersifat perennial
yang artinya bisa bertahan beberapa tahun dengan panen berkali-kali
dalam satu tahun. Alfalfa memiliki tinggi berkisar
satu meter, akar masuk ke tanah sampai kedalaman 2 s.d 4 meter. Ketahanan terhadap kekeringan
dibanding yang lain lebih unggul. Dibuktikan ketika musim kemarau
yang parah alfalfa
dapat bertahan dan kemudian aktif kembali setelah tingkat
kelembaban sudah sesuai.
Disamping sebagai pakan ternak herbivora yang baik, alfalfa juga bisa
dimanfaatkan dalam sistem rotasi tanaman, hal itu terjadi karena alfalfa mampu
mengikat nitrogen, mengontrol gulma serta memperbaiki struktur tanah. Sehingga
tanaman berikutnya akan lebih bagus
pertumbuhannya. Penghimpunan nitrogen melalui bintill akar serta cekraman
akarnya yang mendalam menjadikan alfalfa juga cocok untuk bioremidiasi maupun
konservasi tanah, termasuk menahan erosi di lahan miring sampai kemiringan 80%.
Belakangan ini sudah pula mulai dimanfaatkan sebagai sumber biofuel untuk
pembangkit tenaga listrik.
Alfalfa banyak dibudidayakan oleh para petani karena nilai
nutrisi yang sangat baik yaitu kandungan
protein dan kalisium tinggi, kandungan nutrusi yang tergolong luar biasa yaitu sekitar 60
jenis nutrisi, kandungannya sudah termasuk paling bagus dibanding hijauan
leguminosa pakan, disamping itu menurut beberapa sumber alfalfa memiliki rasa
yang lebih enak sehingga disukai oleh ternak. Kelemahannya alfalfa memiliki energy
termetablisme dan kadar fosfor yang rendah, kandungan seratnya pun rendah.
Tetapi itu tidak menjadi masalah karena makanan ternak bisa saling melengkapi.
Kandungan nutrisi pada alfalfa
antara lain, kandungan
protein sekitar 15-22%. Vitamin A, B1,
B2, B6, B12, C, D, E, K, Niacin, asam panthotenic, asam folat, inocitole,
biotin. Ada mineral P, Ca, K, Na, Cl, S, Mg, Cu, Fe, Co, B, Mo, Ni, Pb, Sr, dan
Pd. Kandungan serat rendah sehingga mudah dicerna hewan ternak.Bagian yang
berguna pada alfalfa yaitu daun dan tangkainya. Karena semenjak dahulu kegunaan
alfalfa sebagai pakan ternak ruminansia. Tetapi belakangan ini sudah digunakan sebgai
pakan untuk unggas dan ternak lainnya.
Diperkirakan mulai tahun 1990 an, Indonesia mulai
mengembangkanbiakan alfalfa. Ilmuwan
Indonesia telah
mencapai keberhasilan budidaya alfalfa di dataran rendah yang disebut Alfalfa
Tropika. Alfalfa juga bagus dikembangkan pada lahan kering. Hasil riset
Widyati Slamet dkk (2009) dari Universitas Diponegoro, Semarang menunjukkan media
tanam tidak memengaruhi produksi dan kualitas protein kasar, serat kasar,
kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik hijauan alfalfa pada
pemotongan pertama. Semakin tinggi persentase pemberian kompos pada media
tanam, produksi dan mutu hijauan alfalfa akan ikut meningkat. Sedangkan Juniar
Sirait dkk dari Loka Penelitian Kambing Potong, Sungai Putih, Sumatera Utara
menyimpulkan alfalfa yang ditanam di dataran tinggi beriklim basah Kabupaten
Karo potensial digunakan sebagai bahan pakan kambing. Alasannya, pertumbuhan
alfalfa baik, produksi cukup tinggi, nilai nutrisi di atas rumput alam dan
merupakan sumber kaya protein dengan palabilitas cukup tinggi.
Waktu
antara musim semi ke musim gugur adalah waktu yang baik untuk menanaman
alfalfa, syarat tanah yang perlu diperhatikan untuk membudidayakan alfalfa
yaitu kondisi tanah yang memeliki tingkat keasaman sekitar 6,3 s.d 7,5 serta
tanah tidak boleh memiliki kandungan garam yang tinggi. Alfalfa tidak
membutuhkan tanah yang basah. Ketika
mulai berkembang batangnya, tunas aksiler
di bagian bawah ketiak daun akan membentuk batang sehingga mahkota pada bagian
dasar menjadi pangkal dan tunas aksiler di atas tanah membentuk percabangan. Susunan bunga berbentuk tandan yang
padat dengan bunga kecil berwarna kuning. Yang istimewa dari alfalfa adalah alfalfa mampu hidup
hingga 30 tahun, bergantung dari keadaan lingkungan. Alfalfa juga memiliki
bintil (nodul) akar yang mengandung bakteri Rhizobium meliloti sehingga
dapat menambat atau mengikat nitrogen dari atmosfer untuk keperluan tumbuh. Alfalfa membutuhkan terpaan sinar
matahari yang panjang, sehingga waktu yang cocok untuk menanam adalah waktu
musim kemarau, karena tidak ada mendung yang menghalangi sinar matahari.
Ketahanan terhadap herbisida seperti bernazilin, bentazon serta asama 2,4
diklorofenoksiaseta, disarankan mempergunakan propizamida untuk memberantas gulma yang mengganggu
alfalfa.
Pada tahap pembenihan, irigasi umumnya diperlukan.
Sedangkan untuk mencegah hama dan penyakit, penyemprotan fungisida dan
insektisida diperlukan dalam masa penanaman. Beberapa agen penyebab penyakit
pada alfalfa adalah Xanthomonas alfalfa, Alternaria solani, Fusarium
oxysporum, Rhizoctonia solani, Phytophthora megasperma, dan Uromyces
striatus. Pada waktu panen, biji-bijian biasanya disemprot dengan pengering
tanaman untuk mempercepat pengeringan. Waktu panen yang tepat adalah ketika
polong sudah berisi biji sudah 65 ssd 75 % berwarna coklat gelap. Dengan
pemberian irigasi yang
baik, alfalfa mampu menghasilkan 25 sd 27 ton
per hektare kadar kering pada tahun pertama dan turun hingga 8-15 ton per tahun
pada tahun ketiga. Produksi tersebut bergantung pada densitas tanaman, tingkat
resistensi hama dan penyakit, aktivitas di musim dingin, dan hujan yang
memengaruhi kelembaban tanah. Alfalfa yang tumbuh sepanjang tahun ini juga
mencegah terjadinya defisiensi (kekurangan) energi pada ternak dan memperbaiki
atau meningkatkan padang rumput
Rekomendasi dalam menanam Alfalfa :
- Tanam secara rapat langsung di lahan dengan jumlah :
Alfalfa : 12 pon per acre atau 1 gram untuk luas area 0,75 m2,
Chicory : 4 pon per acre atau 1 gram untuk luas area 2,5 m2.
Jumlah biji bisa lebih jarang lagi, tapi pemeliharaannya lebih susah
karena tumbuhan harus bersaing dengan gulma, jadi harus lebih sering
disiangi.
- Benih dapat disebar langsung lalu ditutupi tanah
tipis atau ditanam seperti sawi (dibuat garis lalu biji ditaburkan di
dalamnya).
- Tanam benih dengan kedalaman tidak lebih dari 1 cm,
lebih dalam dari itu benih tidak dapat tumbuh.
- Karena ukuran benih yang sangat kecil, sebaiknya
sebelum menyebar benih dicampurkan dulu dengan bahan pengisi berupa pasir
atau cocopeat lembab secukupnya agar persemaian dapat merata dan tidak
menggerombol.
- Untuk membantu menjaga kelembaban, persemaian
sebaiknya ditutup dengan mulsa tipis seperti jerami padi.
- Jaga selalu kelembaban persemaian sampai
Alfalfa/Chicory tumbuh baik.
- Setelah dewasa, Alfalfa & Chicory tahan
kekeringan karena akarnya yang sangat panjang (lebih dari 3 m).
- Setelah dewasa dapat dipotong lagi dan lagi sampai 5
tahun bahkan bisa 10 tahun tanpa diganti. Untuk Alfalfa Panen pertama saat
umur 60 sd 70 hari, pemotongan berikutnya dapat dilakukan 5 sd 6 minggu
sekali, pemanenan dengan hasil terbaik yaitu saat bunga baru saja muncul.
Untuk Chicory Panen pertama saat umur 50 sd 60 hari, pemotongan berikutnya
dapat dilakukan 4 sd 5 minggu sekali, pemanenan dilakukan sebelum terjadi
bolting yaitu tumbuhnya cabang air.